Minggu, 01 November 2015

Materi 1 Singkatan dan Akronim

Singkatan dan akronim adalah kependekan dari kata atau gabungan kata. Perbedaan antara singkatan dan akronim adalah bentuk singkatan dilafalkan huruf per huruf, sedangkan akronim dilafalkan sebagai suku kata.
Beberapa pola singkatan dan akronim.
  • A. Akronim (dieja menurut suku kata)
    1. Akronim yang unsur-unsurnya terdiri atas huruf-huruf besar. Huruf-huruf besar yang membentuknya terdiri atas huruf-huruf awal kata. Contoh: ABRI<a-bri> (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), ASI<a-si> (Air Susu Ibu), HUT<hut> (hari ulang tahun), PAM <pam> (perusahaan air minum), SIM <sim> (Surat Izin Mengemudi). Produktivitas: sangat produktif
      • (tambahan) Unsur pembentuk yang bukan hanya huruf pertama kata saja, pada umumnya disusun sedemikian rupa dengan tujuan 1) sehingga bisa dieja sebagai akronim, bukan singkatan, contoh: MURI (Museum Rekor Indonesia, alih-alih MRI), WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, alih-alih WLHI), atau untuk membedakan dengan akronim yang huruf penyusunnya sama, contoh: WITA (Waktu Indonesia Tengah, untuk membedakan dengan WIT, Waktu Indonesia Timur), MTs (Madrasah Tsanawiyah, untuk membedakan dari singkatan dua huruf MT-MT yang lain). Akronim sering tetap ditulis dengan huruf kapital, walaupun untuk yang bersuku lebih dari dua sering dijumpai ditulis dalam bentuk non-kapital (dianggap sebagai kategori 2 di bawah), contoh: Walubi (WalUmat BuddhaIndonesia)
    2. Akronim dari nama badan atau nama diri. Singkatan ini terdiri atas huruf-huruf bagian kata yang membentuk singkatan itu. Singkatan ini dilafalkan sebagai sebuah kata, sehingga disebut akronim. Huruf awal akronim ditulis dengan huruf besar. Contoh: Bappenas <ba-pe-nas> (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), Depdiknas<dep-dik-nas> (Departemen Pendidikan Nasional), Bakin,<ba-kin>. (Badan Koordinasi Intelijen Negara), Kapolri<ka-pol-ri> (Kepala Kepolisian Republik Indonesia), Wagub <wa-gub> (Wakil Gubernur). Produktivitas: sangat produktif
    3. Akronim pada pola ini adalah akronim yang seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Contoh: tilang (bukti pelanggaran), rudal (peluru kendali), sosbud (sosial budaya),toserba (toko serbaada), pemilu (pemilihan umum). Produktivitas: cukup produktif
  • B. Singkatan (dieja menurut huruf pembentuknya - inisialisme; pada umumnya sudah tidak produktif lagi)
    1. Singkatan ini terdiri atas huruf besar. Huruf besar yang dijadikan pola singkatan tersebut adalah huruf-huruf awal kata. Pada singkatan ini tidak diperlukan tanda titik. Contoh: APBN <a-pe-be-en> (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), BBM <be-be-em> (bahan bakar minyak), SLI <es-el-i> (sambungan langsung internasional), PT <pe-te>. (Perseroan Terbatas), TVRI <te-ve-er-i> (Televisi Republik Indonesia), WNA <we-en-a> (Warga Negara Asing). Produktivitas: sangat produktif
    2. Singkatan pada gelar kesarjanaan dan sapaan. Singkatan dapat terdiri atas huruf awal kata atau dapat pula berbentuk akronim. Tanda titik digunakan pada setiap huruf besar hasil singkatan. Contoh: S.H. <es-ha> (Sarjana Hukum), S.Psi. <es-psi> (Sarjana Psikologi), M.M.<em-em> (Magister Manajemen), S.Ag. <es-ag> (Sarjana Agama), K.H. <ka-ha> (Kyai Haji), R.A.<er-a> (Raden Ajeng). Produktivitas: tidak produktif
    3. Singkatan yang terdiri atas huruf-huruf kecil. Singkatan tersebut berasal dari huruf awal kata. Dalam pembentukannya harus digunakan tanda titik di antara huruf-huruf pembentuk singkatan itu. Contoh: a.n. <a-en> (atas nama), d.a. <de-a> (dengan alamat), p.p.<pe-pe> (pulang pergi), u.p.<u-pe> (untuk perhatian), a.l. <a-el> (antara lain), y.l.<ye-el> (yang lalu). Produktivitas: tidak produktif.
    4. Singkatan yang terdiri atas huruf-huruf kecil, yang dibentuk dari huruf-huruf awal. Singkatan ini (biasanya) terdiri atas tiga huruf kecil dan dibubuhi tanda titik pada akhir singkatan. Contoh: dll.<de-el-el> (dan lain-lain), dsb.<de-es-be> (dan sebagainya), dkk.<de-ka-ka> (dan kawan-kawan), ybs.<ye-be-es>(yang bersangkutan), tsb.<te-es-be> (tersebut), yad.<ye-a-de> (yang akan datang). Produktivitas: tidak produktif.
    5. Pola singkatan yang berkaitan dengan lambang kimia, ukuran, timbangan, dan besaran. Tanda titik tidak digunakan pada pola singkatan ini. Contoh: Rp (rupiah), cm (sentimeter), kg (kilogram), MHz (megahertz), Ca (kalsium). Produktivitas: tidak produktif
  • Singkatan huruf dan angka (numeronim)
    1. Terdiri dari huruf dan angka, yang melambangkan jumlah huruf. Contoh: P2KP (atau PPKP - Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan), P3AD (atau PPPAD - Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat), P3DT (atau PPPDT - Proyek Peningkatan Pembangunan Desa Tertinggal), P3GB (atau PPPGB - Pusat Pengembangan Pendidikan Guru Bahasa), P4 (atau PPPP - Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila), P3K (atau PPPK - pertolongan pertama pada kecelakaan), organisasi G-8 dan G-20, dsb.
    2. Terdiri dari huruf dan angka, yang melambangkan tanggal/tahun. Contoh: UUD45 (atau UUD 1945 - Undang Undang Dasar (tahun) 1945), G-30S/PKI (atau G30S - Gerakan 30 September), Y2K (Year 2000 Problem - Masalah Tahun 2000; lihat w:Y2K)
    3. Terdiri dari huruf dan angka, yang melambangkan jenjang. Contoh: S-1, S-2, S-3, D-3, dsb., atau perbandingan: Kw-2, Kw-3, Sp-1, Sp-2
    4. (terutama dalam bahasa Inggris) Untuk memendekkan kata yang panjang, angka melambangkan jumlah huruf yang disingkat/dihilangkan. Contoh: l10n (localization -pelokalan), i18n (internationalization - internasionalisasi), v11n (versification - versifikasi)
  • D. Kontraksi
    1. Penyingkatan untuk memendekkan kata (mengurangi jumlah suku kata). Menggunakan petik tunggal. Contoh: b'lumg'lapneg'ri. Produktivitas: cukup produktif
    2. Penghilangan/pelesapan swarabakti, khususnya "/ɘ/" pada suku kata yang diikuti dengan konsonan "/r/". Tidak menggunakan petik tunggal. Contoh: negrisebrang,trima. Produktivitas: tidak produktif
    3. Bentuk penyingkatan yang sebagian berasal dari kata-kata asal bahasa asing. Dalam singkatan ini tidak diperlukan tanda titik. Contoh: memo (memorandum), lab(laboratorium), resto (restoran), promo (promosi), seleb (selebritis), kafe (kafetaria), info (informasi), nego (negosiasi), matre (materialistis), lesbi (lesbian), konsen(konsentrasi). Produktivitas: cukup produktif
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat berikut.
  • Jumlah suku kata akronim jangan melebihi suku yang lazim pada kata Indonesia (2 suku kata).
  • Akronim dibentuk dengan memperhatikan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan kaidah pembentukan kata Indonesia yang lazim.
  • Karena akronim dilafalkan sebagai kata yang wajar, maka kadang-kadang akronim dapat diberi imbuhan. Contoh:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar