Rabu, 18 November 2015

Peran Islam dalam Kehidupan Manusia dalam Bidang Ekonomi, Sains dan Ilmu Pengetahuan

Peran Islam dalam Kehidupan Manusia dalam Bidang Ekonomi, Sains dan Ilmu Pengetahuan

Dunia Barat mengklaim bahwa kemajuan ilmu pengetahuan yang telah diraih selama berabad-abad merupakan akibat langsung dari terpisahnya agama dari kehidupan praktis manusia dengan konsep pemisahan antara gereja dengan negara. Sepanjang sejarah Eropa, kekuatan gereja telah banyak menindas dan memperlakukan rakyat dengan semena-mena, sehingga tidak ada sedikit pun kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan yang berhasil diraih. Oleh karena itu, agama dianggap tidak praktis, tidak fleksibel, dan penuh dengan pertentangan sehingga dipandang sebagai penghambat perkembangan dan kemajuan manusia.

Namun, hal ini berbeda dengan kenyataan yang dialami oleh umat Islam terdahulu. Sejarah mencatat bahwa mereka telah mengukir zaman keemasannya dengan terang dan gemilang. Pada abad ke-10, kemajuan sains dan teknologi serta peradaban telah mencapai puncak kemajuan dan perkembangannya. Pada abad itu pusat-pusat perkembangan sains telah muncul di berbagai tempat. Ada tiga tempat yang dapat memicu perkembangan sains yang sangat gemilang, yaitu Timur Tengah Mesir, Pantai Utara Afrika, dan Andalusia. Saat itu dunia Islam memiliki gaya hidup khas yang lebih superior daripada dunia Barat. Baghdad, ibu kota Khilafah Abbasiyah yang tetap merupakan kota terbesar dan merupakan kosmopolitan yang menjadi perantara antara dunia Mediterania dan Hindu-Cina di Timur.

Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa pemerintahan Islam tersebut antara lain karena adanya definisi yang jelas tentang ilmu pengetahuan (science). Islam membedakan dua wilayah bahasan yang berkaitan dengan pengetahuan. Wilayah pertama berkaitan dengan urusan-urusan kemanusiaan yang mencakup politik, sosial, ekonomi, hukum, peribadahan, dan lainnya. Wilayah kedua berkaitan dengan ilmu pengetahuan murni.

Pada wilayah pertama, pengetahuan harus bersumber dari wahyu (kitab suci Allah). Wahyu menyuruh dan memerintahkan seluruh umat Islam untuk mengembalikan seluruh persoalan hanya kepada Allah (Al- Qur’an). Ada pun wilayah kedua bersifat terbuka, yaitu yang berkaitan dengan ilmu murni (pure science), yang dihasilkan dari hasil olah pemikiran dan pemahaman manusia terhadap alam semesta. Ilmu pengetahuan ini tidak berkaitan dengan pandangan hidup seseorang, baik kapitalisme, Budhaisme, Kristianisme, maupun Islamisme.

Dengan pembagian dan definisi tersebut, umat Islam pada masa pemerintahannya di masa silam mampu meraih kemajuan dalam semua bidang ilmu pengetahuan yang ada masa itu, bahkan mampu menjadi pionir dalam mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang baru.

Kalau dunia Barat mengembuskan ideologinya bahwa kemajuan sains yang telah diraihnya selama berabad-abad merupakan akibat dari memisahkan agama dari kehidupan duniawi, bahkan membuang agama, kecuali hanya sebagai ritual belaka. Sementara itu sains dan teknologi yang diraih kaum muslimin berada dalam naungan negara yang menerapkan perundang-undangan hukum Islam secara keseluruhan. Keamanan negara dan eksistensi perundang-undangannya dijaga sendiri oleh kaum muslimin tanpa melibatkan negara lain. Hubungan luar negeri dengan negara-negara non-islam tidak sampai menjual kedaulatannya. Baik militer, ekonomi, politik, budaya, dan cara pandang negaranya yang benar-benar telah inheren Islami.

Mengapa dunia Islam sekarang ini sangat mundur, bahkan terpuruk dalam segala bidang kehidupan, termasuk sains? Keadaan yang mengkhawatirkan ini merupakan akibat langsung dari umat Islam yang meninggalkan agamanya dalam mengatur seluruh kehidupannya, terutama dalam bernegara. Undang-undang negara, hukum, dan cara pandang yang berlaku di negeri-negeri Islam saat ini diambil dari faham ideologi sekuler dan sosialis komunis.

Juga dapat dipahami bahwa mundurnya sains dan teknologi pada dunia Islam merupakan akibat dari praktik yang salah dalam pemahaman dan penerapan Islam. Kajian dan penguasaan bahasa Arab yang menjadi kunci keilmuan Islam, dibiarkan menurun sehingga meninggalkan ijtihad dan pada saat yang sama, pintu misionaris, invasi budaya, dan politik dari Barat dibuka leebar-lebar. Pada gilirannya, umat Islam tidak lagi mampu menjaga superioritas negaranya terhadap serangan yang datang bertubi-tubi dari kafir Barat tersebut.

Oleh karena itu, stagnasi sains dan teknologi seperti yang terjadi saat ini hanya dapat dihentikan dengan menggunakan hukum Islam sebgai sistem kehidupan atau ideologi. Sebab, tidak ada satu negara pun yang dapat maju, baik dalam bidang sains, teknologi maupun bidang lainnya, jika tidak mengambil ideologi yang diberlakukan secara utuh.

Satu-satunya cara agar kaum muslimin mengulangi kedudukannya sebagai pemimpin dunia dalam bidang sains, teknologi, dan bidang lainnya dengan cara memegang Islam secara komprehensif dan menetapkan sebuah ideologi yang dianut dan diterapkan dalam kehidupan, terutama dalam kehidupan bernegara121.

Dalam Bidang Ekonomi

Hal itu tidaklah tepat, karena Islam dapat berperan dalam bidang ekonomi secara jelas dan nyata yang dijelaskan dalam bagan sebagai berikut :
Dalam Islam dikenal istilah muamalah yang mempunyai cakupan luas dan fleksibel, muamalah tidak membeda-bedakan antara muslim dan non muslim. Dalam bidang muamalah, kewajiban mereka adalah kewajiban kita dan hak mereka adalah hak kita.

sifat muamalah ini dimungkinkan karena Islam mengenal hal yang diistilahkan sebagai tsawabit wa mutaghayyirat (principles and variables). Dalam bidang ekonomi misalnya, yang merupakan prinsip adalah larangan riba, sistem bagi hasil, pengambilan keuntungan, pengenaan zakat, dan lain-lain. Adapun contoh variable adalah instrumen-instrumen untuk melaksanakan prinsip-prinsip tersebut, diantara aplikasi prinsip jual beli adalah modal kerja, penerapan asas mudharabah dalam investasi.

Dalam Bidang Sains

Islam melalui Al-Qur’an telah memotivasi seluruh umat islam untuk berfikir dan merenungkan alam semesta ini untuk mengenal kebesaran Tuhan,sebagaimana tersebut dalam Surat Al-Baqarah ayat 164 yang artinya “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,silih bergantinya siang dan malam, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (keringnya) dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan,dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sesungguhnya terdapat tanda-tanda (ke-Esaan dan Kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”.
Disamping ayat-ayat diatas masih banyak lagi perintah Tuhan untuk merenungkan alam semesta ini, sehingga lahirlah ilmuwan-imuwan muslim saat itu yang telah meletakan dasar-dasar perkembangan sains saat ini.
Beberapa Ilmuwan muslim yang telah menyumbangkan pemikiran dan penemuannya dalam perkembangan sains diantaranya (dalam bidang astronami saja) adalah :
1. Al-Farghani
Hasilpenelitian Al-Farghani di bidang astronomi ditulisnya dalam berbagai buku diantaranya HARAKAT AS-SAMAWIYAH WA JAWAMI ILM AN-NUJUM (Asas-Asas Ilmu Bintang) adalah salah satu karya utamanya yang berisi kajian bintang-bintang yang sangat berpengaruh bagi perkembangan astronomi di Eropa. Walaupun dalam bukunya Beliau mengadopsi sejumlah teori Ptolomaeus tetapi ia mengembangkannya lebih lanjut hingga membentuk teorinya sendiri. Karena sangat pentingnya karya bagi orang-orang Eropa maka karya tersebut banyak diterjemahkan kedalam bahasa inggris dan judulnyapun berubah menjadi “The element of Astronomi”. Pada tahun 1135 buku ini diterjemahkan dalam bahasa latin oleh John Seville dan kemudian direvisi oleh Regiomontanus pada tahun 1460.
2. Al-Battani
Hasil penemuan Albattani yang penting bagi dunia adalah penemuan tentang waktu revolusi bumi terhadap matahari yaitu 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik. Angka ini mendekati angka yang dihasilkan dari penelitian modern dengan menggunakan alat yang lebih akurat. Penemuan lain yang takkalah mengagumkannya adalah penemuan garis bujur terjauh matahari mengalami peningkatan sebesar 16,47 derajat sejak perhitungan yang dilakukan Ptolomeaus beberapa abad sebelumnya. Ia dianggap Guru bagi orang-orang Eropa karena banyakmemperkenalkan terminology astronomi yang berasal dari bahas Arab, seperti Azimuth, Zenith dan nadir.
3. Jabir Bin Aflah
Jabir pernah menulis buku yang mengoreksi tentang kesalaha teori Ptolomeaus yang berjudulKitab Al-Hay’a (The Book of Astronomi),selain itu Kitab ini juga berisi tentang Trigonometri, pada bagian Trigonometri Sferis,Jabir menggunakan Rule of The Four Magnetudes atau Aturan Empat Besaran sebagai landasan untuk turunan rumusnya. Beliau juga menambahkan satu rumus utama untuk menghitung sudut segi tiga yaitu Cos A = Cos a Sin B. Fungsi trigonometri (sinus cosinus) ia perkenalkan juga pada Geometri Bidang. Karya Jabir telah diterjemahkan dalam bahasa Latin oleh Gerard dari Cremona, sebelum kemudian diterbitka oleh Fetrus Apianus di Nuremberg,Jerman tahun 1534.
4. Ibnu Yunus
Ibnu Yunus adalah penemu bandu (ayunan) yang berguna untuk mengetahui detik-detik waktu ketika seseorang sedang meneropong benda-benda angkasa. Karya Ibnu Yunus ini telah dikenal eman abad sebelum Galileo Galilei menemukan pendulum (1564-1642).Ibnu Yunus juga menemukan Rubu Berlubang (Gunners Quadrant) sebuah alat untuk mengukur gerak bintang. Ibnu Yunus juga menulis buku dengan judul “ Az-Zij Al-Kabir Al-Hakim atau Zij Ibnu Yunus” yang kini lebih dikenaldengan nama “Hakemite Astronomical Table”. Dikemudian hari buku ini diterjemahkan kedalam berbagai bahasa dan diterbitkan di sejumlah Negara. Oleh Umar Khayyam buku ini dibawanya ke Persia, Nashiruddin Thusi sang ahli astronomi membanwanya ke Mongol, Pada tahun 1280 Co Cheon King membawa buku ini ke daratan China.
Disamping empat Ilmuwan muslim di atas masih banyak lagi Ilmuwan-Ilmuwan Muslim lainya yang menyumbangkan karyanya dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan (sains), ilmu yang berkembang sekarang tidak lain adalah pengembangan dari dasar-dasar keilmuwan yang sebelumnya telah diletakkan oleh ilmuwan-ilmuwan muslim.
Perkembangan sains dalam dunia Islam mengalami kemunduran yang sangat memprihatinkan setelah Imam Al-Ghazali memisahkan antara ilmu agama sebagai ilmu wajib dan ilmu-ilmu umum sebagai ilmu sunnah. Dengan demikian masyarakat islam lebih mengejar ilmu agama yang berfisat wajib tadi ketimbang ilmu-ilmu umum, inilah yang menjadi titik balik kemunduran umat islam. Demikian pula berkembangnya tasawuf telah memalingkan umat islam pada kesalehan individu dengan meninggalkan persoalan keduniawian. Dikotomi Antara agama dan ilmu sangat terasa di Indonesia yaitu dengan adanya dua Departemen yang masinyang masing-masing membawahi dunia pendidikan yaitu Departemen Agama dan Departemen Pendidikan Nasional, yang masing masing memiliki corak pendidikan yang berbeda misalnya ditingkat dasar terdapat Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Desar (SD) sampai pada tingkat Perguruan Tinggi Terdapat IAIN dan STAIN yang memprioritaskan kajian-kajian agama sedangkan Keilmuan umum dikembangkan diperguruan Tinggi Umum.
Perkembangan sains dalam dunia islam menuju dua arah yaitu ke Barat dengan di bawa oleh Ibnu Rusyd dengan rasionalismenya dan bergerak ke Timur dengan dibawa oleh Imam Al-Ghazali dengan tasawufnya. Pengaruh dibarat sangat pesat sehingga mampu membuka rahasia-rahasia alam semesta, namun sangat disayangkan karena dalam perkembangannya sains telah meninggalkan agama bahkan ingin menggantikan padangan agama dengan pandangan sains. Begitu juga di Timur pengaruh tasawuf Al-Ghazali sangat kuat karena seiring dengan pandangan bangsa Timur. Sekalipun keduanya sama-sama berkembang dengan pesat tetapi membawa corak yang berbeda, di barat lebih menekankan pada pembacaan alam semesta (konteks) yang memungkinkan ilmu-ilmu empiris berkembang, sedangkan di timur lebih menekankan pada pembacaan teks yang memungkinkan untuk berkembangnya ilmu-ilmu spiritual/agama. Tetapi pemahaman teks yang berbeda juga berakibat konflik sosial keagamaan dan tidak berkembangnya sains modern. Dengan mandulnya perkembangan sains modern saat ini di dunia islam sekan menghapus peradapan islam masa lalu sebagai peletak pondasi sains saat ini. Dunia islam seakan tertinggal dalam bidang sains modern, dengan ketidakmampuan masyarakat muslim untuk melahirkan sains modern saat ini.
Tetapi kenyataan yang tidak boleh terlupakan oleh dunia Barat yaitu sains barat sebenarnya adalah sains islam yang dikirim kembali ke dunia islam, aneh memang terasa, tapi kenyataan seperti itu. Banyak teori teori sekarang yang pencetusnya adalah orang barat, walaupun dimasa lalu barat bukan apa-apa jika dibandingkan dengan dunia islam, namun sekarang terbalik.
Bukti apabila dunia islam sangat berperan dalam perkembangan sains barat adalah pernyataan Peter Davies: “peradapan Arab telah memberi kontribusi yang mendalam kepada peradapan Eropa, dan kenyataan ini dengan amat jelas dicerminkan dalam banyak kata-kata penting yang dipinjam dari bahasa Arab. Kebanyakan tidak datang langsung ke bahasa inggris tetapi dipinjam melalui bahasa Turki, Itali, Spayol dan Perancis”.
Perkembangan sains barat sudah sangat jauh dari sentuhan agama, para kreatornya telah menafikan Tuhan dalam penciptaan Alam semesta (baca di pemberontakan pada Tuhan Pencipta Alam Semesta) ini sangatlah bertentangan dengan Kitab Suci, Al-Qur’an dengan ayat-ayatnya mengharapkan agar manusia merenungkan Alam semesta untuk mengenal kekuasaan Tuhan. Walaupun Al-Qur’an bukanlah Kitab Sains, setidaknya informasi tentang Alam Semesta tersirat didalamnya, ini karena Al-Qur’an adalah petunjuk bagi manusia, pentunjuk untuk apa? Untuk apa saja, karena Al-Qur’an adalah Kitab yang sempurna.
Sekalipun Sains modern sekarang sedang menuju “DEISME”. Namun kita sebagai orang islam mestinya juga menggeluti bidang sains modern tanpa bimbang dan ragu-ragu lagi, apa lagi takut masuk neraka hanya karena belajar sains modern, kita harus kembali membawa pandangan sains yang telah tersesat kedalam pandangan agama, agar sains juga menuntun manusia untuk mengenal Tuhan, karena pada hakekatnya seluruh ciptaan telah tunduk pada kehendakNya, dalam surat Al-Rum ayat 26, Tuhan berfirman yang artinya : “ Dan kepunyaan-Nyalah siapa saja yang ada dilangit dan di bumi semua hanya kepadaNya tunduk”.
Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu, berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan member I kelapangan untukmu. Dan bila dikatakan berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS. Al-Mujadilah : 11)
Tanpa sains,kita tidak akan mampu mengelola sumber daya alam yang umumnya sangat melimpah di negeri-negri muslim. Tanpa sains kita akan bergantung pada Negara lain yang akhirnya kita akan di dekte dan dipermainkan dan menjadi bangsa konsumen, yang akhirnya menjadi bangsa buruh.
Di masa kini, kita telah mengetahuai banyak tentang perkembangan teknologi, alat  – alat yang canggih, semakin canggihnya dunia maka perbedaan diantara manusia semakin terlihat, maka harus semakin kuatlah keimanan sesorang supaya tidak terjebak.
Dalam hal ini, ajaran islam juga ikut kuat mendorong dan menuntun perkemangan sains dan teknologi itu. Islam mengajarkan bahwa manusia adalah Khalifah di muka bumi in, kholifah untuk dirinya sendiri, kholifah untuk keluarganya, kholifah unutk masyarakat dan kholifah unnutk lingkungannya ( makhluk hidup lain) yang memikul tugas pokok sebagai hamba Allah yang wajib beribadah hanya kepada-Nya. Artinya bahwa segala bentk dan hasil sains dan ekplorasi alam itu tetap dalam kerangka untuk mendekatkan diri dan bertakwa kepada Allah, sehingga hasil dari seluruh pencapaian itu tidak kehilangan nilai transendensinya terhadap Tuhan, sebab pa, untuk meningktkan manusia bahwa apa-apa yang di lakukan dan dicapainya semata-mata karena ijin dan kehendak Allah berdasrkan usaha kita. Allah berfirman dalam surat Alkahfi ayat 7 yang artinya “ sungguh kami telah menjadikan apa-apa yang di atas bummi itu sebagai perhiaasan baginya, agar kami menguji mereka- manusia. Siapakah yang paling baik amalnya” jadi dari ayat dan pengertian di atas dapat kita tarik suatu benang merah yang dapat disederhanakan bahwa sains dan teknologi bukan tujuan hakiki dari hidup manusia dibumi ini, tetapi hanyalah alat yang sangat berguna unutk melancarkan dan meningkatkan ibadah kita kepad Allah SWT. Adapun tujuan hakiki dari hidup manusia adalah mencapai derajat takwa di sisi Allah, sehingga pada akhhirya memperoleh kebahagian yang kekal abadi di sisi-Nya pada yaumul akhir, oleh karena itu menurut saya  sendiri, bahwa kesuksesan di dunia ini hanyalah sandiwara. Manusia yang berhasil mencapai mimpinya belumlah sukses karena sukses yang sejati adalah pertmuan denga Allah SWT.


Sumber :
http://porseni17.blogspot.co.id/2010/10/peran-islam-dalam-perkembangan-ilmu.html

http://bayusetiaji28.blogspot.co.id/2011/05/sekilas-peranan-islam-dalam-bidang.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar